Prinsip
Kelima : Mobilisasi Perubahan Melalui Kepemimpinan Eksklusif
Program balanced
scorecard yang sukses dimulai dengan pemahaman bahwa hal tersebut bukanlah
“pengukuran” tapi merupakan proyek perubahan. Pada awalnya fokusnya adalah
mobilisasi dan penciptaan momentum, guna memungkinkan proses berjalan. Sekali
organisasi dimobilisasi, fokusnya ke arah pengaturan, dengan penekanan pada
kecairan, pendekatan ke arah basis tim untuk mengatasi ciri tak berstruktur
dari transisi menuju kinerja model baru. Akhirnya, secara berangsur-angsur,
sistem manajemen baru berevolusi yaitu sistem yang manajemen strategis yang
melembagakan nilai-nilai budaya baru dan struktur baru ke dalam sistem baru
untuk pengaturan. Pengalaman membuktikan beberapa fase dapat berevolusi antara
dua hingga tiga tahun.
Fase pertama, mobilisasi, harus diperjelas mengapa
diperlukan perubahan pada organisasi. Organisasi harus dicairkan dari kebekuan.
John Kotter menjelaskan bahwa perubahan transformasional berawal dari tiga
langkah terpisah yang harus dijalankan para pemimpin, antara lain :
mengembangkan rasa urgensi, menciptakan koalisi, dan membangun visi dan
strategi. Para pemimpin yang sukses dengan balanced
scorecard jelas telah mengikuti langkah tersebut.
Sejalan dengan evolusi proses, para eksklusif memodifikasi
sistem manajemen mereka yang sekarang untuk mengkonslidasikan kemajuan dan
mendorong perubahan. Ada pola-pola yang berbeda dari masing-masing organisasi
yang dipelajari dalam penerapan strategi-fokus organisasi. Masing-masing
organisasi mengkaitkan balanced scorecard
ke dalam proses penganggaran formalnya pada putaran pertama. Tidak peduli
urutannya, masing-masing organisasi secara gradual membangun sisitem manajemen
baru yang pada akhirnya kelihatan sama satu dengan yang lainnya.
15.5.2 Strategi Balanced Scorecard dalam organisasi Non
Profit dan Pemerintahan
Sebagian besar organisisi non profit
dan pemerintah menemui kesulitan dalam rancangan asli balanced scorecard, dimana perpektif diletakkan di puncak hirarki.
Karena mencapai sukses finansial bukanlah tujuan utama bagi sebagian besar
organisasi ini, rancangannya dapat diatur sehingga menempatkan pelanggaran atau
konstituen pada puncak hirarki. Tetapi,
dalam organisasi non profit, penyumbang (donor) menyediakan sumber-sumber
keuangan. Mereka membayar pelayanan, sementara kelompok yang lain (para
konstituen) menerima pelayanan. Organisasi dapat menempatkan baik perpektif
donor maupun perpektif penerima pada puncak balanced
scorecard mereka. Kemudian baru mengidentifikansi proses internal yang akan
membawa proporsi nilai-nilai yang diinginkan untuk kedua kelompok dari
“pelanggan”.
Organisasi non profit dan
pemerintahan seharusnya mempertimbangkan untuk menempatkan tujuan pada puncak
kartu skornya yang akan mempresentasikan tujuan jangka panjang mereka. Misi
suatu departemen seharusnya digambarkan dengan jelas dan diletakkan pada
tingkat tertinggi dari kartu skornya. Bagi organisasi non profit dan
pemerintah, tolok ukur finansial bukanlah merupakan indikator yang relevan
untuk menilai keberhasilan sebuah departemen dalam mengemban misinya.
Mekanisme penerapan Balanced
scorecard terhadap organisasi Non profit, yaitu : 1).Untuk mencapai visi kita,
Mengidentifikasi cara orang-orang belajar, berkomunikasi, dan bekerja sama,
2).Untuk memuaskan pelanggan/masyarakat, penyandang dana dan misi, menentukan
proses bisnis yang harus diistimewakan, 3). Jika kita sukses, bagaimana
ketergantungan kita pada penyandang dana, 4).Untuk mencapai visi kita,
bagaimana harusnya kita bergantung pada pelanggan/masyarakat, 5).Pencapaian
Misi
Organisasi publik pada umumnya
memiliki tiga tujuan tingkat tinggi yang diperlukan untuk mencapai misinya
yaitu : menciptakan nilai, pembiayaan minimal dan pengembangan dukungan
selanjutnya, serta komitmen dari otoritas penyandang dananya yang pada akhirnya
dapat digunakan untuk pemberdayaan untuk masyarakat yang seluas-luasnya. Suatu
departemen akan memulai mengidentifikasi tujuannnya guna proses internal dan
pembelajaran serta pertumbuhan yang akan memungkinkannya untuk mencapai
tujuan-tujuan seperti yang ada dalam tiga perpektif tingkat tingginya. Tiga
perpektif tersebut adalah : Pembiayaan (menekankan pada pentingnya efisiensi),
Penciptaan nilai (mengidentifikasi keuntungan penduduk atas hasil kerja suatu
departemen dalam pemerintahan), dan Legitimasi dukungan.
15.5.3 Fokus Balance Scorecard pada Sumber Daya
Manusia (SDM) Scorecard
Dalam buku “The HR Scorecard, linking people, Strategy, and the Performance” yang
ditulis oleh Brian E. Becker. Dkk dikemukakan bahwa modal manusia adalah
pondasi dari penciptaan nilai di era ekonomi baru ini. Berbagai studi
memperlihatkan bahwa hingga 85% dari nilai korporasi didasarkan pada Intangible Aset. Dimana aset yang
paling penting justru yang paling sedikit dimengerti, kurang bisa diukur, dan
kurang mempengaruhi manjemen. Dalam ekonomi, dimana penciptaan nilai didominasi
oleh modal manusia dan aset-aset lain yang tak terlihat, tidak akan ada titik
awal yang lebih baik selain strategi pengukuran SDM.
SDM scorecard
merupakan ilmu baru yang melakukan dan menyediakan langkah paling penting ke
depan dengan kemampuan untuk mengatur strategi. Dalam SDM scorecard dipelajari
hal-hal sebagai berikut ; pertama,
pengembangan causal model
(menunjukkan hubungan antara nilai-nilai SDM dengan hasil-hasil bisnis, yang
membawa BSC ke tingkat yang lebih tinggi). kedua,
riset atas petunjuk-petunjuk kinerja SDM tingkat tinggi akan memberi para
eksekutif suatu kerangka kerja untuk membangun strategi pertumbuhan modal
manusia.
Pengembangan lebih lanjut dari BSC adalah SDM Scorecard, dimana dilakukan sebuah
pendekatan baru untuk mengatur SDM seperti beberapa fungsi SDM, sistem SDM dll
sebagai aset strategis dan mengukur kontribusinya pada kinerja perusahaan. SDM
dipandang sebagai aset yang paling strategis karena merupakan aset yang paling
sulit ditiru oleh kompetitor. SDM barasal dari sumber-sumber dengan kapabilitas
yang tepat, langka, dan khusus yang memberikan keunggulan kompetitif bagi
perusahaan. Di sinilah kelebihan SDM, pengaruhnya pada strategi perusahaan
sulit untuk dilihat, sangat bersifat kualitas yang juga membuatnya menjadi
sumber utama potensi kompetitif yang berkesinambungan.
Akan tetapi, untuk memahami potensi ini, manajer SDM harus
memahami strategi perusahaan yaitu, rencana untuk mengembangkan dan
mempertahankan keunggulan di pasar dan harus memahami dampak dari strategi itu
bagi SDM. Dalam waktu singkat mereka harus beralih dari perspektif bottom-up (menekan ketaatan dan SDM
tradisional) ke perspektif top-down
(menekankan pada implementasi strategi). Dan terakhir, manajer SDM membutuhkan
sistem penilaian yang inovatif yang akan menunjukkan pengaruh SDM pada
penilaian yang berarti pada CEO, yaitu yang menguntungkan perusahaan dan
nilai-nilai bagi pemegang saham.
15.5.4 Evolusi SDM
dari Mitra Profesional ke Strategis
Dekade terakhir ini telah
terjadi pergantian dramatis peranan SDM.
Secara tradisional, manajer melihat fungsi SDM sebagai administratif dan
profesional. Staff SDM memfokuskan pada keunggulan administratif, sistem
penggajian, serta fungsi-fungsi lainnya dan tidak berpikir mereka sendiri
sebagai bagian yang berperan di dalam strategi perusahaan secara menyeluruh.
Upaya-upaya untuk mengukur pengaruh
SDM pada kinerja perusahaan menggambarkan serangkaian pemikiran ini. Secara
khusus, para ahli teori menguji metodologi dan praktek-praktek yang berfokus
pada individu karyawan. Idenya adalah bahwa peningkatan kinerja karyawan secara
individu akan secara otomatis meningkatkan kinerja organisasi. Namun penelitian
ini tidak cukup memperlihatkan kompleksitas rancangan SDM yang strategis.
Dengan kata lain, hal itu tidak memacu manajer berpikir secara berbeda tentang
peranannya.
Pada 1990an, penekanan baru pada
strategi dan pentingnya sistem SDM mulai muncul. Para peneliti dan praktisi
mulai mengenali dampak dari penyetaraan sistem tersebut dengan upaya
implementasi strategi perusahaan yang lebih besar. Meskipun berbagai macam SDM
digunakan saat ini, perusahaan dapat berpikir bahwa mereka mewakili evolusi SDM
berikut ini sebagai aset strategis.
1. Perpektif personal : Perusahaan mengontrak dan membayar karyawan tetapi tidak memfokuskan
untuk mengontrak karyawan yang paling baik/luar biasa.
2. Perpektif kompensasi : Peerusahaan menggunakan bonus, pembayran intensif dan pembedaan
pembayaran yang berarti untuk menghargai kinerja yang tinggi/rendah.
3. Perpektif penyetaraan : Para manajer menganggap karyawan sebgai aset strategis, namun mereka
tidak menanamkan modalnya untuk memeriksaulang kapabilitasSDM.
4. Perpektif kinerja tinggi : Profesional SDM dan eksekutif yang lainnya melihat SDM sebagi sistem
yang melekat dalam sistem yang lebih luas dari implementasi strategi
perusahaan.
Saat ini perusahaan hidup dalam masa di mana paradigma
ekonomi dengan karakter kecepatan, inovasi, siklus waktu yang pendek dan
kepuasan konsumen. Semua itu mengemukakan akan pentingnya aset-aset yang tidak
terlihat (Intangible assets), seperti
pengakuan merek, pengetahuan dan inovasi. Paradigma baru ini menandai awal masa
emas bagi SDM.
15..5.5 Mengapa BSC
harus Fokus pada SDM, dan Mengapa harus dimulai Sekarang?
Dua perusahaan dengan mesin dan
peralatan yang sama, maka kemampuan untuk menggunakannya secara efektif agar
kegiatan perusahaan menjadi lebih efisien yang akan membedakan kedua perusahaan
tersebut. Suatu perusahaan yang kehilangan semua peralatannya namun masih tetap
menyimpan skill, pengetahuan dan kemampuan kerjanya dapat kembali lagi dalam
bisnis dengan cepat. Sebaliknya, perusahaan yang kehilangan kemampuan kerjanya,
meskipun peralatannya masih lengkap, akan susah untuk disembuhkan. Dari hal
tersebut, terlihat perbedaan antara modal fisik dan intelektual. Dengan
mengandalkan pada modal intelektual, akan terungkap keunggulan-keunggulan yang
unik selanjutnya.
Suatu bukti yang tidak bisa
disangkal lagi bahwa pada dunia ekonomi saat ini, potensi strategis SDM yang
muncul yang muncul bergantung pada peran sentral intangible assets dan modal intelektual. Kemampuan perusahaan untuk
mengembangkan dan mempertahankan kemampuan kerja yang cakap dan penuh komitmen.
Sebagai kunci yang memungkinkan dari modal manusia, SDM adalah posisi utama
untuk mendorong hal-hal lain yang tak terlihat. Seperti kemauan keras, riset
dan pengembangan, dan iklan.
15.5.6 Intangible Assets (Aset Tak Berwujud) Menghasilkan
manfaat yang Nyata
Banyak analisis keuangan
sekarang memasukkan intangible assets
di dalam model penilaian. Studi analisis keuangan dan manajer portofolio
akhir-akhir ini mengungkapkan hal itu, untuk rata-rata 35% dari keputusan
investasinya ditentukan oleh informasi non finansial. Hasil tersebut
mengemukakan beberapa alasan. Pertama, setidaknya
tujuh dari intangible assets dipengaruhi
oleh sistem yang difokuskan pada SDM secara strategis baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kedua, bahwa
aset yang paling penting yang disebutkan oleh analisis keuangan adalah
kemampuan untuk mengimplementasikan strategi. Penemuan ini konsisten dengan
tema SDM scorecard bahwa kemampuan
untuk melaksanakan strategi lebih penting dari strategi itu sendiri.
15.5.7 Melihat lebih
Dekat Intangible Assets sebagai suatu Tantangan dalam Pengukuran
Kaitan langsung antara modal SDM dan
hasil finansial tidak dengan mudah nampak dalam pelaksanaan akuntansi yang
tradisional. Sistem akuntansi yang digunakan sekarang ini berevolusi pada saat
ketika modal terlihat, baik finansial atau secara fisik, merupakan sumber keuntungan. Dengan penekanan
pada pengetahuan dan intangible assets
dalam dunia perekonomian saat ini, sistem akuntansi yang kontroversional
benar-benar menciptakan distorsi informasi yang berbahaya.
Yang perlu digarisbawahi adalah jika
metode akuntansi yang sekarang ini dapat memberikan profesional SDM alat ukur
yang dibutuhkan, SDM harus mengembangkan cara mereka sendiri untuk menunjukkan
sumbangan mereka terhadap kinerja perusahaan.
15.5.8 SDM sebagai
Aset yang Strategis
Fokus pada strategi SDM adalah
untuk memaksimalkan sumbangan SDM terhadap tujuan yang sama sehingga dengan
demikian menghasilkan nilai bagi pemegang saham. Pondasi dari peranan SDM yang
strategis adalah tiga dimensi dari “rangkaian nilai” yaitu fungsi, sistem dan
perilaku karyawan.
1.
Fungsi SDM : Profesional SDM
dengan komprtrnsi strategis
2.
Sistem SDM : Kinerja yang tinggi
yang secara stategis digabungkan dengan kebijakan
3. Hukum sistem berpikir: adalah
kompetensi dasar yang membutuhkan pemahaman apa yang terjadi ketika sistem
ganda saling bersinggungan. Beberapa hubungan-hubungan “hukum sistem berpikir”
dijelaskan oleh seorang ahli manajemen Peter M.Senge antara lain : 1).Maslah
hari ini datang dari solusi hari kemarin, 2).Jalan keluar yang mudah biasanya
mengarah kembali lagi, 3).sebab dan akibat tidak berhubungan erat dengan tempat
dan waktu, 4).pengaruh yang terbesar serigkali paling sedikit kelihatan secara
nyata, 5).Membagi dua ekor gajah tidak akan memperoleh dua ekor gajah yang
lebih kecil.
15.5.9 Implementasi SDM Scorecard
Gambaran tentang HPWS
(High-Performance Work System) atau sering disebut dengan sistem kerja Performa
tinggi, sering memunculkan pertanyaan “apakah kebijakan dan praktik-praktik
yang benar-benar spesifik yang mengarah pada kinerja yang tinggi?”. HPWS
sendiri merupakan implementasi yang ditanamkan dalam sistem emplementasi
strategi perusahaan yang lebih besar.
HPWS secara langsung menciptakan nilai pelanggan yang unik atau sumber
lain yang berhubungan dengan nilai semacam itu. Didalam HPWS kebijakan dan
pelaksanaan SDM menunjukkan hubungan yang erat dengan strategi kompetitif
perusahaan dan tujuan operasional. Perilaku dan outcome dari karyawan yang diperkuat akan berpengaruh secara
signifikan terhadap strategi dan kinerja perusahaan.
Sistem pengukuran yang efektif
memberikan dua tujuan penting yaitu membimbing pembuat keputusan di seluruh
organisasi dan melayani karyawan dengan cara menjadikan pengukuran sebagai dasar
untuk mengevaluasi kinerja karyawan. Pendekatan pengukuran yang digambarkan
menunjukkan dua tujuan tersebut dengan tiga cara yaitu : 1).Pendekatan
pengukuran mendorong pandangan yang jelas, konsisten dan terbagi tentang
bagaimana perusahaan dapat mengimplementasikan strateginya pada tiap-tiaplevel
di dalam organisasi, 2).Pendekatan SDM scorecard
mendorong manajer untuk memusatkan pada “beberapa ukuran vital”yang
benar-benar membuat berbeda dari pengelolaan SDM secara tradisional, 3).Pendekatan
pengukuran akan menunjukkan signifikan tidaknya peningkatan kinerja karyawan
terhadap peningkatan kinerja perusahaan.
Terdapat dua prinsip sentral dalam
SDM scorecard, pertama adalah
rancangan SDM perusahaan, khususnya sistem manajemen SDM dapat mempunyai dampak
substansial pada kinerja perusahaan, kedua,dalam
SDM scorecard secara langsung
mengikuti prinsip pertama. Ini mencerminkan dua pertanyaan yang paling umum
kita dengar dari praktisi SDM. Untuk menunjukkan sumbangan strategi pada
manajer lini senior, SDM memerlukan sistem pengukuran yang terfokus pada dua
dimensi yaitu : kontrol biaya dan penciptaan nilai.
15.5.10 Perilaku
Karyawan yang Strategis
Perilaku strategis adalah merupakan kumpulan subyek dari
perilaku yang produktif yang secara langsung melayani untuk melaksanakan
strategi perusahaan. Perilaku strategis ini terbagi menjadi dua kategori umum. Pertama,perilaku inti yang berasal
langsung dari perilaku kompetensi inti yang didefinisikan oleh perusahaan. Kedua,perilaku situasi yang spesifik
yang esensial pada poin inti di perusahaan atau rangkaian nilai unit bisnis.