PertolonganPertama pada Gawat Darurat (PPGD)
Latar Belakang
Pertolongan Pertama Pada Gawat Darurat (PPGD) adalah serangkaian usaha-usaha pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian.
Prinsip Utama
Prinsip Utama PPGD adalah menyelamatkan pasien dari
kematian pada kondisi gawat darurat. Kemudian filosofi dalam PPGD adalah “Time Saving is Life Saving”, dalam
artian bahwa seluruh tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat
haruslah benar- benar efektif dan efisien, karena pada kondisi tersebut pasien
dapat kehilangan nyawa dalam hitungan menit saja ( henti nafas selama 2-3 menit
dapat mengakibatkan kematian)
Langkah-langkah Dasar
Langkah-langkah dasar dalam PPGD dikenal dengan singkatan
A-B-C-D ( Airway -
Breathing –
Circulation – Disability ). Keempat poin
tersebut adalah poin-poin yang harus sangat diperhatikan dalam penanggulangan
pasien dalam kondisi gawat darurat
Algortima Dasar PPGD
1. Ada pasien tidak sadar
2. Pastikan
kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan penolong
3. Beritahukan
kepada lingkungan kalau anda akan berusaha menolong
4. Cek kesadaran
pasien
a. Lakukan dengan metode AVPU
b. A –> Alert : Korban sadar jika tidak sadar
lanjut ke poin V
c. V –> Verbal : Cobalah memanggil-manggil
korban dengan berbicara keras di telinga korban ( pada tahap ini jangan
sertakan dengan menggoyang atau menyentuh pasien ), jika tidak merespon lanjut
ke P
d. P –> Pain : Cobalah beri rangsang nyeri
pada pasien, yang paling mudah adalah menekan bagian putih dari kuku tangan (di
pangkal kuku), selain itu dapat juga dengan menekan bagian tengah tulang dada
(sternum) dan juga areal diatas mata (supra orbital)
e. U –> Unresponsive : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien
masih tidak bereaksi maka pasien berada dalam keadaan unresponsive
5. Call for Help, mintalah bantuan kepada masyarakat di sekitar untuk
menelpon ambulans dengan memberitahukan :
a. Jumlah
korban
b. Kesadaran
korban (sadar atau tidak sadar)
c. Perkiraan
usia dan jenis kelamin ( ex: lelaki muda atau ibu tua)
d. Tempat
terjadi kegawatan ( alamat yang lengkap)
6. Bebaskan lah korban dari pakaian di daerah
dada ( buka kancing baju bagian atas agar dada terlihat)
7. Posisikan diri di sebelah korban, usahakan
posisi kaki yang mendekati kepala sejajar dengan bahu pasien
8. Cek apakah ada
tanda-tanda berikut :
a. Luka-luka dari bagian bawah bahu ke atas (supra clavicula)
b. Pasien mengalami tumbukan di berbagai tempat
(misal : terjatuh dari sepeda motor)
c. Berdasarkan saksi pasien mengalami cedera di tulang belakang
bagian leher
9. Tanda-tanda tersebut adalah tanda-tanda
kemungkinan terjadinya cedera pada tulang belakang bagian leher (cervical),
cedera pada bagian ini sangat berbahaya karena disini tedapat syaraf-syaraf yg
mengatur fungsi vital manusia (bernapas, denyut jantung)
a. Jika tidak ada tanda-tanda tersebut maka lakukanlah Head Tilt and
Chin Lift.
Chin lift dilakukan dengan cara menggunakan
dua jari lalu mengangkat tulang dagu (bagian dagu yang keras) ke atas. Ini
disertai dengan melakukan Head tilt yaitu menahan kepala dan mempertahankan
posisi seperti figure berikut. Ini dilakukan untuk membebaskan jalan napas
korban.
b. Jika ada tanda-tanda tersebut, maka beralihlah ke bagian atas
pasien, jepit kepala pasien dengan paha, usahakan agar kepalanya tidak
bergerak-gerak lagi (imobilisasi) dan lakukanlah Jaw Thrust Gerakan ini
dilakukan untuk menghindari adanya cedera lebih lanjut pada tulang belakang
bagian leher pasien.
10. Sambil melakukan a atau b di atas, lakukan lah pemeriksaan kondisi
Airway (jalan napas) dan Breathing (Pernapasan) pasien.
11. Metode pengecekan menggunakan metode Look, Listen, and
Feel
Look
: Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernapas), apakah gerakan tersebut
simetris ?
Listen :
Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas tambahan
yang abnormal (bisa timbul karena ada hambatan sebagian)
Jenis-jenis
suara nafas tambahan karena hambatan
sebagian jalan nafas :
a. Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya
kebuntuan jalan napas bagian atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini
maka lakukanlah pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk membuka
mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang
digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas,
telunjuk menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang
menyangkut di tenggorokan korban (eg: gigi palsu dll). Pindahkan benda tersebut
b. Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada
kebuntuan yang disebabkan oleh cairan (eg: darah), maka lakukanlah
cross-finger(seperti di atas), lalu lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya,
menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain untuk “menyapu” rongga mulut
dari cairan-cairan).
c. Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena
pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan
maneuver head tilt and chin lift atau jaw thrust saja. Jika suara napas tidak
terdengar karena ada hambatan total pada jalan napas, maka dapat dilakukan :
1. Back Blow sebanyak 5
kali, yaitu dengan memukul menggunakan telapak tangan daerah diantara tulang
scapula di punggung
2. Heimlich Maneuver,
dengan cara memposisikan diri seperti gambar, lalu menarik tangan ke arah
belakang atas.
3. Chest Thrust, dilakukan
pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara memposisikan diri seperti gambar
lalu mendorong tangan kearah dalam atas.
Feel : Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa napas dari
korban ?
12. Jika ternyata pasien masih bernafas, maka
hitunglah berapa frekuensi pernapasan pasien itu dalam 1 menit (Pernapasan
normal adalah 12 -20 kali permenit)
13. Jika frekuensi nafas
normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap melakukan Look Listen and Feel
14. Jika frekuensi nafas <>
15. Jika pasien mengalami henti nafas berikan nafas buatan (detail
tentang nafas buatan dibawah)
16. Setelah diberikan nafas buatan maka lakukanlah
pengecekan nadi carotis yang terletak di leher (ceklah dengan 2 jari, letakkan
jari di tonjolan di tengah tenggorokan, lalu gerakkan lah jari ke samping,
sampai terhambat oleh otot leher (sternocleidomastoideus), rasakanlah denyut
nadi carotis selama 10 detik.
17. Jika tidak ada denyut
nadi maka lakukanlah Pijat Jantung(figure D dan E , figure F pada bayi),
diikuti dengan nafas buatan(figure A,B dan C),ulang sampai 6 kali siklus pijat
jantung-napas buatan, yang diakhiri dengan pijat jantung
18. Cek lagi nadi karotis
(dengan metode seperti diatas) selama 10 detik, jika teraba lakukan Look Listen
and Feel (kembali ke poin 11) lagi. jika tidak teraba ulangi poin nomer 17.
19. Pijat jantung dan nafas buatan dihentikan jika
a. Penolong
kelelahan dan sudah tidak kuat lagi
b. Pasien
sudah menunjukkan tanda-tanda kematian (kaku mayat)
c. Bantuan
sudah datang
d. Teraba
denyut nadi karotis
20. Setelah berhasil
mengamankan kondisi diatas periksalah tanda-tanda shock pada pasien :
a. Denyut nadi >100 kali per menit
b. Telapak tangan basah dingin dan pucat
c. Capilarry Refill Time > 2 detik ( CRT
dapat diperiksa dengan cara menekan ujung kuku pasien dg kuku pemeriksa selama
5 detik, lalu lepaskan, cek berapa lama waktu yg dibutuhkan agar warna ujung
kuku merah lagi)
21. Jika pasien shock, lakukan Shock Position pada
pasien, yaitu dengan mengangkat kaki pasien setinggi 45 derajat dengan harapan
sirkulasi darah akan lebih banyak ke jantung
22. Pertahankan posisi shock sampai bantuan datang
atau tanda-tanda shock menghilang
23. Jika ada pendarahan pada pasien, coba lah
hentikan perdarahan dengan cara menekan atau membebat luka (membebat jangan
terlalu erat karena dapat mengakibatkan jaringan yg dibebat mati)
24. Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor
selalu kondisi pasien dengan Look Listen and Feel, karena pasien sewaktu-waktu
dapat memburuk secara tiba-tiba.
Nafas Bantuan
Nafas Bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien
untuk menormalkan frekuensi nafas pasien yang di bawah normal. Misal frekuensi
napas : 6 kali per menit, maka harus diberi nafas bantuan di sela setiap nafas
spontan dia sehingga total nafas permenitnya menjadi normal (12 kali).
Prosedurnya :
1. Posisikan diri di samping pasien
2. Jangan lakukan pernapasan mouth to mouth langsung, tapi
gunakan lah kain sebagai pembatas antara mulut anda dan pasien untuk mencegah
penularan penyakit2
3. Sambil tetap melakukan chin lift, gunakan tangan yg tadi
digunakan untuk head tilt untuk menutup hidung pasien (agar udara yg diberikan
tidak terbuang lewat hidung).
4. Mata memperhatikan dada pasien
5. Tutupilah seluruh mulut korban dengan mulut penolong
6. Hembuskanlah nafas satu kali ( tanda jika nafas yg
diberikan masuk adalah dada pasien mengembang)
7. Lepaskan penutup hidung dan jauhkan mulut sesaat untuk
membiarkan pasien menghembuskan nafas keluar (ekspirasi)
8. Lakukan lagi pemberian nafas sesuai dengan perhitungan
agar nafas kembali normal
Nafas Buatan
Cara melakukan nafas buatan sama dengan nafas bantuan,
bedanya nafas buatan diberikan pada pasien yang mengalami henti napas.
Diberikan 2 kali efektif (dada mengembang )
Pijat Jantung
Pijat jantung adalah usaha untuk “memaksa” jantung
memompakan darah ke seluruh tubuh, pijat jantung dilakukan pada korban dengan
nadi karotis yang tidak teraba. Pijat jantung biasanya dipasangkan dengan nafas
buatan (seperti dijelaskan pada algortima di atas)
Prosedur pijat
jantung :
1. Posisikan diri di samping pasien
2. Posisikan tangan seperti gambar di center of the chest (
tepat ditengah-tengah dada)
3. Posisikan tangan tegak lurus korban
4. Tekanlah dada korban menggunakan tenaga yang diperoleh
dari sendi panggul (hip joint)
5. Tekanlah dada kira-kira sedalam 4-5 cm
6. Setelah menekan, tarik sedikit tangan ke atas
agar posisi dada kembali normal
7. Satu set pijat jantung dilakukan sejumlah 30
kali tekanan, untuk memudahkan menghitung dapat dihitung dengan cara menghitung
sebagai berikut :
Satu Dua Tiga Empat SATU
Satu Dua Tiga Empat DUA
Satu Dua Tiga Empat TIGA
Satu Dua Tiga Empat EMPAT
Satu Dua Tiga Empat LIMA
Satu Dua Tiga Empat ENAM
8. Prinsip pijat jantung adalah : Push deep, Push
hard, Push fast, Maximum recoil (berikan waktu jantung relaksasi), Minimum
interruption (pada saat melakukan prosedur ini penolong tidak boleh
diinterupsi)
Perlindungan Diri Penolong
Dalam melakukan pertolongan pada kondisi gawat darurat,
penolong tetap harus senantiasa memastikan keselamatan dirinya sendiri, baik
dari bahaya yang disebabkan karena lingkungan, maupun karena bahaya yang
disebabkan karena pemberian pertolongan.
Poin-poin
penting dalam perlindungan diri penolong :
1. Pastikan kondisi tempat memberi pertolongan
tidak akan membahayakan penolong dan pasien
2. Minimasi kontak langsung dengan pasien,
itulah mengapa dalam memberikan napas bantuan sedapat mungkin digunakan sapu
tangan atau kain lainnya untuk melindungi penolong dari penyakit yang mungkin
dapat ditularkan oleh korban
3. Selalu perhatikan kesehatan diri penolong,
sebab pemberian pertolongan pertama adalah tindakan yang sangat memakan energi.
Jika dilakukan dengan kondisi tidak fit, justru akan membahayakan penolong
sendiri.